Saturday, May 23, 2015

TEST DIAGNOSTIK SISTEM NEUROLOGI


Lima Prosedur diagnostik yang lazim dilakukan yaitu Lumbal Pungsi, Angiografi, Elekto Encephalografi, Elektromiografi, Computerized Axial Tomografi Scan (CT Scan) Otak

A.     Lumbal Pungsi
1.      Pengertian
Adalah suatu cara pengambilan cairan cerebrospinal melalui pungsi pada daerah lumbal

2.      Tujuan
Mengambil cauran cerebrospinaluntuk kepentingan pemeriksaan/diagnostik maupun kepentingan therapi

3.      Indikasi
  1. Untuk diagnostik
-          kecurigaan meningitis
-          Kecurigaan perdarahan sub arachnoid
-          Pemberian media kontras pada pemeriksaan myelografi
-          Evaluasi hasil pengobatan

  1. Untuk Therapi
-          Pemberian obat anti neoplastik atau anti mikroba intra tekal
-          Pemberian anesthesi spinal
-          Mengurangi atau menurunkan tekanan CSF

4.      Persiapan
  1. Persiapan pasien
-          Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang lumbal pungsi meliputi tujuan, prosedur, posisi, lama tindakan, sensasi-sensasi yang akan dialami dan hal-hal yang mungkin terjadi berikut upaya yang diperlukan untuk mengurangi hal-hal tersebut
-          Meminta izin dari pasien/keluarga dengan menadatangani formulir kesediaan dilakukan tindakan lumbal pungsi.
-          Meyakinkan klien tentang tindakan yang akan dilakukan

  1. Persiapan Alat
-          Bak streil berisi jarum lumbal, spuit dan jarum, sarung tangan, kassa dan lidi kapas, botol kecil (bila akan dilakukan pemeriksaan bakteriologis), dan duk bolong.
-          Tabung reaksi tiga buah
-          Bengkok
-          Pengalas
-          Desinfektan (jodium dan alkohol) pada tempatnya
-          Plester dan gunting
-          Manometer
-          Lidokain/Xilocain
-          Masker. Gaun, tutup kepala        

5.      Prosedur pelaksanaan
  1. Posisi pasien lateral recumbent dengan bagian punggung di pinggir tempat tidur.  Lutut pada posisi fleksi menempel pada abdomen, leher fleksi kedepan dagunya menepel pada dada (posisi knee chest)
  2.    Pilih lokasi pungsi. Tiap celah interspinosus vertebral dibawah L2 dapat digunakan pada orang dewasa, meskipun dianjurkan L4-L5 atau L5-S1 (Krista iliaca berada dibidang prosessus spinosus L4). Beri tanda pada celah interspinosus yang telah ditentukan.
c.    Dokter mengenakan masker, tutup kepala, pakai sarung tangan dan gaun steril.
d.    Desinfeksi kulit degan larutan desinfektans dan bentuk lapangan steril dengan duk penutup.
e.    Anesthesi kulit dengan Lidokain atau Xylokain, infiltrasi jaringan lebih dapam hingga ligamen longitudinal dan periosteum
f.      Tusukkan jarum spinal dengan stilet didalamnya  kedalam jaringan subkutis. Jarum harus memasuki  rongga interspinosus tegak lurus terhadap aksis panjang vertebra.
g.    Tusukkan jarum kedalam rongga subarachnoid dengan perlahan-lahan, sampai terasa lepas. Ini pertanda ligamentum flavum telah ditembus. Lepaskan stilet untuk memeriksa aliran cairan serebrospinal. Bila tidak ada aliran cairan CSF putar jarumnya karena ujung jarum mungkin tersumbat. Bila cairan tetap tidak keluar. Masukkan lagi stiletnya dan tusukka jarum lebih dalam. Cabut stiletnya pada interval sekitar 2 mm dan periksa untuk aliran cairan CSF. Ulangi cara ini sampai keluar cairan.
h.    Bila akan mengetahui tekananCSF, hubungkan jarum lumbal dengan manometer pemantau tekanan, normalnya 60 – 180 mmHg dengan posisi pasien berrbaring lateral recumbent. Sebelum mengukur tekanan, tungkai dan kepala pasien harus diluruskan. Bantu pasien meluruskan kakinya perlahan-lahan.
i.      Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal, hindarkan mengedan.
j.       Untuk mengetahui  apakah rongga subarahnoid tersumbat atau tidak, petugas dapat melakukan test queckenstedt dengan cara mengoklusi salah satu vena jugularis selama I\10 detik. Bila terdapat obstruksi medulla spinalis maka tekanan tersebut tidak naik tetapi apabila tidak terdapat obstruksi pada medulla spinalis maka setelah 10 menit vena jugularis ditekan, tekanan tersebut akan naik dan turun dalam waktu 30 detik.
k.     Tampung cairan CSF untuk pemeriksaan. Masukkan cairan tesbut dalam 3 tabung steril dan yang sudah berisi reagen, setiap tabung diisi 1 ml cairan CSF. Cairan ini digunakan untuk pemeriksaan hitung jenis dan hitung sel, biakan dan pewarnaan gram, protein dan glukosa. Untuk pemeriksaan none-apelt prinsipnya adalah globulin mengendap  dalam waktu 0,5 jam pada larutan asam sulfat. Cara pemeriksaanya adalah kedalam tabung reaksi masukkan reagen 0,7 ml dengan menggunakan pipet, kemudian masukkan cairan CSF 0,5 . diamkan selama 2 – 3 menit perhatikan apakah terbentuk endapan putih.
 Cara penilainnya adalah sebagai berikut:
(  - )    Cincin putih tidak dijumpai
( + )  Cincin putih sangat  tipis dilihat dengan latar belakang hitam dan bila dikocok tetap putih
          ( ++ )            Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi opolecement (berkabut)
( +++ )          Cincin putih jelas dan bila dikocok cairan menjadi keruh
( ++++ )        Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi sangat keruh

                   Untuk test pandi bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan globulin dan albumin, prinsipnya adalah protein mengendap pada larutan jenuh fenol dalam air. cAranya adalah isilah tabung gelas arloji dengan 1 cc cairan reagen pandi kemudian teteskan 1 tetes cairan CSF, perhatikan reaksi yang terjadi apakah ada kekeruhan.
l.      Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan liquor pada pasien dengan hydrocepalus berat maka maksimal cairan dikeluarkan adalah 100 cc.
m.   Setelah semua tindakan selesai, manometer dilepaskan masukan kembali stilet jarum lumbal kemudian lepaskan jarumnya. Pasang balutan pada bekas tusukan.

6.      Setelah Prosedur
a.       Klien tidur terletang tanpa bantal selama 2 – 4 jam
b.      Observasi tempat pungsi terhadap kemungkinan pengeluaran cairan CSF
c.       Bila timbul sakit kepala, lakukan kompres  es pada kepala, anjurkan tekhnik relaksasi, bila perlu pemberian analgetik dan tidur sampai sakit kepala hilang.

7.      Komplikasi
a.       Herniasi Tonsiler
b.      Meningitis dan empiema epidural atau sub dural
c.       Sakit pinggang
d.      Infeksi
e.       Kista epidermoid intraspinal
f.       Kerusakan diskus intervertebralis


B.     ANGIOGRAFI

1.      Pengertian
Melihat secara langsung sistem pembuluh darah otak. Zat kontras dimasukkan melalui arteri. Biasanya pada arteri  carotis dan arteri vertebra, atau mungkin juga pada arteri brchialis dan arteri femoralis

2.      Angiografi dapat mendeteksi :
a.    sumbatan pada pembuluh darah cerebral seperti pada stroke
b.    Anomali congenital pembuluh darah
c.    Pergeseran pembuluh darah yang mungkin mengindikasikan SOL (Space Ocupaying Lession)
d.    Malformasi vaskuler, seperti pada aneurisma atau angioma

3.      Persiapan Pasien
Menciptakan rasa aman dan nyaman pada diri klien. Persiapan ini meliputi :
a.    Menjelaskan prosedur pelaksanaan, sensasi yang terjadi (rasa terbakar saat penyuntikan zat kontras yang lama kelamaan akan menghilang)
b.    Hal yang perlu dilakukan setelah tindakan dilakukan
c.    Surat izin tindakan telah ditandatangani klien

4.      Komplikasi
a.       Hematom pada daerah suntikan. Dapat dicegah dengan melakukan balut tekan pada daerah suntikan
b.      Keracunan zat kontras. Dapat dicegah dengan pemberian anti alergi sesuai program

5.    Setelah prosedur
a.       observasi tanda-tanda vital setiap jam sampai kondisi stabil
b.      Kompres es pada daerah suntikan untuk menghilangkan rasa nyeri dan mengurangi/mencegah hematom
c.       Klien tidur terlentang tanpa bantal selama 24 jam.
d.      Jika penyuntikan dilakukan pada daerah femoralis, tungkai harus tetap lurus  selama 6-8 jam
e.       Catat perubahan-perubahan neurologi setelah tindakan angiografi.

C.     Elektro Encephalografi (EEG)
1.      Pengertian
Adalah suatu cara untuk merekam aktifitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh.
2.      Prinsip Kerja
Dengan elektroda yang ditempelkan pada berbagai daerah tengkorak, potensial permukaan otak direkam. Perekaman ini berlangsung terus menerus untuk beberapa menit. Tegangan yang tercatat pada kertas yang bergerak berupa gelombang-gelombang. Dengan memasang 16 elektroda pada tengkorak aktivitas seluruh otak dapat di tekan dan diselidiki. Tegangan otak sebesar 50 mikrovolt agar dapat direkam harus diperkuat sampai 1 juta kali. Oleh karena itu aliran listrik dari sumber lain seperti gerakan otot kepala atau generator listrik juga ikut tercatat (artefak)
Seluruh korteks serebri merupakan medan listrik yang diproduksi pada ujung-ujung dendrit. Tegangan potensial neuron pada setiap waktu berbeda sehingga potensial dendrit juga berubah-ubah. Fluktuasi ini yang tercatat pada kertas EEG. 
3.      Macam-macam EEG
Seluruh korteks serebri merupakan medan listrik yang mencerminkan adanya gaya listrik yang diproduksikan pada ujung-ujung dendrit, sebagai fenomena potensial aksi neuron-neuron yang disalurkan kedndrit-dendritnya dikorteks serebri. Potensial dendrit pada korteks selalu berubah-ubah juga. Fluktuasi inilah yang tercatat pada kertas EEG. Dari sekian banyak fluktuasi, maka dapat dibedakan menurut frekuensinya  dan menurut pada gelombangnya.
a.       Empat gelombang menurut frekuensinya :
1)    Gelombang Alfa, bersiklus 8 – 13 perdetik
2)    Gelombang Beta, bersiklus lebih dari 13 perdetik
3)    Gelombang teta, bersiklus 4 – 7 perdetik
4)    Gelombang Delta, bersilus kurang dari 4 perdetik
b.      Fluktuasi potensial otak menurut pola gelombang
1)    gelombang  lamda, muncul sebagai gelombang positif dekat lobus oksipitalis terutama jika mata menatap sesuatu dengan penuh perhatian.
2)     Gelombang tidur, sekelompok gelombang dengan frekuensi 10 – 15 siklus perdetik yang hilang pada waktu tidur dangkal, berbentuk  “spindel”.
3)     Kompleks K,  pola gabungan yang terdiri dari satu atau beberapa gelombang lambat berbaur dengan gelombang-gelombang berfrekuensi cepat, timbul karena ada rangsangan sewaktu tidur dangkal.
4)     Gelombang verteks, pola gelombang berbentuk jam, bilateral simetrik didaerah para sagital, antara daerah dan post sentral, sering muncul bersama kompleks K pada waktu tidur dangkal.
c.       Gelombang patologis
1)    Gelombang runcing (Spike) yaitu gelombang yang runcing dan berlalu cepat (kurang dari 60 milidetik) sering ia muncul secara folifasik, yaitu dengan defleksi keatas kebawah secara berselingan.
2)    Gelombang tajam (sharp wave) yaitu gelombang yang meruncing tetapi berlalu lebih lama dari 60 milidetik. Juga gelombang tajam timbul secara polifasik.
3)    Gelombang runcing (spike wave)ialah kompleks yang terdiri dari gelombang runcing yang langsung disusul oleh gelombang lambat. Kompleks tersebut muncul dengan frekuensi 3 spd secara teratur, sinkron bilateral dan hilang timbul secara tiba-tiba.
4)    Gelombang runcing multipel ialah ledakan dari sejumlah gelombang runcing yang bangkit sekali atau berkali-kali dan biasanya disusul oleh gelombang lambat.
5)    Hypsarithmia ialah kompleks yang terdiri dari gelombang lambat yang bervoltase tinggi dan iramanya tidak teratur dimana berbaur gelombang runcing dan tajam.
4.      Indikasi Pemasangan
a.       penderita dicurigai atau dengan epilepsi
b.      Membedakan kelainan otak organik
c.       Mengidentifikasi infark pembuluh darah atau adanya lesi (tumor, hematom, abses)
d.      Diagnosa retardasi mental atau over dosis obat
e.       Menentukan kematian jaringan otak
5.      Penatalaksanaan
a.       Persiapan pasien
1)      Penyuluhan kesehatan
a)    Penderita diberitahu hal-hal yang akan dilakukan. EEG akan dikerjakan diruangan yang aman (laboratory diagnostik) oleh teknisian EEG. Didalam ruanga penderita akan dipasang elektroda sebanyak 16-24 dengan pasta, elektroda yang kecil tersebut akan dihubungkan dengan mesin EEG, tunjukkan melalui gambar atau video cassate bila memungkinkan..
b)    Menganjurkan pada pasien untuk membebaskan rasa gelisah selama 45-60 menit, pemasangan alat bukan merupakan alat yang berbahaya.
c)    Melakukan pendekatan kepada pasien untuk mengurangi kemungkinan terjadinya stres, kecemasan atau gemetaran akibat pemasangan elektroda.
d)    Menjelaskan kepada pasien bahwa pada waktu pemeriksaan  harus dalam keadaan relaksasi sempurna, duduk atau tiduran dengan tanpa gerakan sedikitpun sehingga mendapatkan hasil yang baik.
e)    Anjurkan pasien mengikuti perintah petugas selam proseur, antara lain:
-          hiperventilasi selam 3-5 menit
-          usahakan untuk tetap dapat menutup mata

2)      Fisik
a.       obat-obatan depresan susunan saraf pusat (alkohol atau tranqualizer)  atau stimulan  tidak diberikan selama 24 jam sebelum pemeriksaan dilakukan karena akan memberikan pengaruh terhadap aktivitas listrik otak. Dokter akan memberikan instruksi untuk pemberian anti konvulsi bila perlu 24 – 48 jam sebelum tindakan.
b.      Cairan yang mengandung caffein seperti kopi, cokelat dan the tidak diberikan selama 24 jam sebelum tindakan dilakukan
c.       Rambut harus bersih, bebas dari spray, minyak lotion dan hair fastener.
d.      Pasien harus makan pagi sebelum melakukan pemeruiksaan, karen ahipoglikemia menyebabkan ketidak normalan potensial listrik.
3)          Pelaksanaan
a)    posisi pasien berbaring, ciptakan suasana sedemikian rupa  sehingga nyaman bagi pasien
b)    petugas EEG menempelkan 14-16 elektroda pada lokasi yang spesifik pada kulit kepala serta menghubungkannya. Melalui kawat penghubung ke mesin/alat EEG.
c)    Pencetakan garis dasar (gambar dasar) dihasilkan mengikuti 3 urutan pemeriksaan yaitu hiperventilasi, stimulasi “photic” dan tidur.
Hiperventilasi :
Pasien dianjurkan untuk melakukan hiperventilasi dengan cara mengambil nafas 30-40  nafas melalui mulut setiap menitnya selama 3-5 menit. Perlu diingat kenaikan PH serum kira-kira 7,8 akan menaikkan rangsangan neuron dan akan menyebabkan serangan aktivitas  pada pasien epilepsi
Photic stimulasi :
Cahaya yang silau difokuskan kepasien dimana pasien dianjurkan untuk menutup matanya . stimulasi ini akan menyebabkan aktivitas serangan bagi pasien yang mempunyai kecenderungan mendapat serangan
Tidur :
Pasien dianjurkan untuk tidur, jika pasien tidak bisa tidur dapat diberikan hipnotik yang bekerjanya cepat. Hasil perekaman dari aktifitas listrik tersebut diinterpretasikan oleh neurologi
4)                             Setelah tindakan
-          bersihkan dan cuci rambut pasien
-          ciptakan lingkungan yang tenang sehingga pasien dapat beristirahat dengan tenang
-          berikan posisi tidur yang baik dan perhatikan pernafasan pasien terutama yang menggunakan obat hipnotik
-          observasi aktivitas kejang bagi pasien yang cenderung untuk mendapat serangan kejang.

D.    Elektromyegrafi (EMG)
  1. Pengertian
Adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengukur dan mencatat aliran listrik yang ditimbulkan oleh otot-otot skeletal. Dalam keadaan istirahat otot tidak melepaskan listrik, tetapi bila oto berkontraksi secara volunter potensial aksi dapat direkam.
  1. Tujuan
a.       membantu membedakan antara gangguan otot primer seperti distrofi otot dan gangguan sekunder
b.      membantu menetukan penyakit degeneratif saraf sentral
c.       membantu mendiagnosa gangguan neuromuskular seperti myestania grafis
  1. Penatalaksanaan
a.       Persiapan pasien
-          Menginformasikan kepada pasien seluruh pemeriksaan  prosedur ini akan menyebabkan gangguan rasa nyaman sementara. Khususnya bila pasien sendiri diberi rangsangan listrik.
-          Pastikan bahwa pasien tidak menggunakan obat-obat depresan atau sedatif  24 jam sebelum prosedur.
-          Cegah terjadinya syok listrik
-          Mengurangi rasa sakit dan rasa takut
b.      Prosedur
1)    prosedur dapat dilakukan disamping tempat tidur atau diruang tindakan khusus.
2)    elektroda ditempatkan pada syaraf-syaraf yang akan diperiksa.
3)    Dimulai dengan dosis kecil rangsangan listrik melalui elektorda kesaraf dan otot, apabila konduksi  pada saraf selesai maka otot akan segera berkontraksi.
4)    Untuk mengetahui potensial otot digunakan macam-macam jarum elektroda dari nomor 1,3 – 7,7  cm.
5)    Pasien mungkin dianjurkan untuk melakukan aktifitas untuk menukur  potensila otot selama kontraksi minimal dan maksimal
6)    Derajat aktifitas saraf dan otot direkam pada osiloskop dan akanmmemberikan gambaran grafik yang dapat dibaca.
7)    Perawat berusaha memberikan rasa nyaman dan memantau daerah penusukan tarhadap kemungkinan terjadinya hematoama.
c.       Setelah tindakan
-       Berikan kompres es pada daerah hematoma untuk mengurangi rasa nyeri.
-       Ciptakan lingkungan yang memudahkan klien untuk beristirahat


E. Computerized Axial Tomografi (CT Scan)
1.      Pengertian
CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.
2.      pemeriksaan ini mendeteksi :
  1. gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses
  2. perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark
  3. brain contusion, brain atrofi, hydrocephalus
  4. inflamasi
3.      Hal-hal yang diperhatikan sebelum pemeriksaan
-          berat badan klien dibawah 145 Kg ( pertimbangan tingkat kekuatan scanner)
-          Kesanggupan klien untuk tidak mengadakan perubahan selama 20-45 meni (berkaitan dg lamanya pemeriksaan)
-          Kaji kemungkinan klien alergi terhadap iodine, sebab akan disuntik dg  zat kontras berupa iodine based contras material sebanyak 30 ml
4.      Prinsip kerja
Film yang menerima proyeksi sinar diganti dengan alat detektor yang dapat mencatat semua sinar secara berdipensiasi. Pencatatan ini dilakukan dengan mengkombinasikan tiga pesawat detektor, dua diantaranya menerima  sinar yang telah menmbus tubuh dan yang satunya berfungsi sebagai detektor aferen yang mengukur intensitas sinar rontgen yang telah menembus tubuh dan penyinaran dilakukan menurut proteksi dari tiga titik, menurut posisi jam 12, 10 dan jam 02 dengan memakai waktu 4,5 menit.
5.      Penatalaksanaan
Persiapan pasien
Pasien harus diberitahu sebaiknya dengan keluarga. Pasien diberi gambaran tentang alat yang akan digunakan. Bila perlu berikan gambaran dengan menggunakan kaset video atau poster, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian pada pasien dengan demikian mengurangi stress sebelum waktu prosedur dilaukuan. Test awal yang dilakukan meliputi: kekuatan untuk diam ditempat (dimeja scanner) selama 45 detik; melakukan pernafasan dengan aba-aba ( untuk keperluan bila ada permintaan untuk melakukannya) saat dilakukan pemeriksaan.; mengikuti aturan untuk memudahkan injeksi zat kontras.
Penjelasan kepada klien bahwa setelah penyuntikan zat kontras wajah akan nampak merah dan terasa agak panas pada seluruh badan. Hal ini merupakan hal yang normal dari reaksi obat tersebut. Perhatikan keadaan klinik klien apakah pasien mengalami alergi terhadap iodine. Apabila pasien merasakan adanya rasa sakit berikan analgetik dan bila pasien merasa cemas dapat diberikan minor transqualizer. Bersihkan rambut pasien dari jelli dan obat-obatan. Rambut tidak boleh dikelabang dan tidak memakai wig.

6.      Prosedur
  1. Posisi terlentang dengan tangan terkendali
  2. Meja elektronik masuk kedalam meja scanner
  3. Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.
  4. Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama  20-45 menit
  5. Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer.
  6. Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan memakai protektif lead approan.
  7. Sesudah pengambilan gambarpasien dirapihkan.

7.      Hal-hal yang perlu diperhatikan
a.       observasi keadaan alergi terhadap zat kontras yang disuntikkan. Bila terjadi alergi dapat diberikan benadryl 50 mg
b.      mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin akan kelelahan selama prosedur berlangsung
c.       ukur intake dan output. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal. Memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat dan dokter


 DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilyn E. (1999). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian  perawatan pasien. (Edisi III). Jakarta: EGC.

Hudak, C.M., & Gallo, B.M. (2000). Keperawatan kritis. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S., Bare, B. (2002). Keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC

TEST DIAGNOSTIK SISTEM NEUROLOGI Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 comments:

Post a Comment