Sunday, May 17, 2015

PENCEGAHAN PRIMER PADA STROK




Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya perbaikan gaya hidup dan pengendalian berbagai factor risiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat dan kelompok risiko tinggi yang belum pernah terserang stroke.

A.  Mengatur Pola Makan yang Sehat


Konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol dapat meningkatkan risiko terkena serangan stroke, sebaliknya risiko konsumsi makanan rendah lemak dan kolesterol dapat mencegah terjadinya stroke. Beberapa jenis makan yang di anjurkan untuk pencegahan primer terhadap stroke adalah:

1.   Makanan kolesterol yang membantu menurunkan kadar kolesterol

a Serat larut yang terdapat dalam biji-bijian seperti beras merah, bulgur, jagung dan gandum.
b.   Oat (beta glucan) akan menurunkan kadar kolesterol total dan LDL, menurunkan tekana darah,   da meneka nafsu   maka bila   dimaka dipag hari (memperlambat pengosongan usus).
c. Kacang kedelai beserta produk olahannya dapat menurunkan lipid serum, menurunkan kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida tetapi tidak mempengaruhi kadar kolesterol HDL.
d.   Kacang-kacangan termasuk biji kenari dan kacang mede menurunkan kolesterol

LDL dan mencegah arterrosklerosis.


Mekanisme kerja: menambah sekresi asam empedu, meningkatkan aktifitas estrogen dan isoflavon, memperbaiki elastisitas arteri dan meningkatkan aktifitas antioksidan yang menghalangi oksidasi LDL.

2.   Makanan lain yang berpengaruh terhadap prevensi stroke

a Makanan/zat  yang  membantu  mencegah  peningkatan  homosistein  seperti  asam folat,vitamin B6, B12, dan riboflavin.
b.   Susu  yang  mengandung  protein,  kalsium,  seng(Zn),  dan  B12,  mempunyai  efek proteksi terhadap stroke.


c. Beberapa jenis seperti ikan tuna dan ikan salmon mengandung omega-3, eicosapperitenoic acid (EPA) dan docosahexonoic acid (DHA) yang merupakan pelindung jantung mencegah risiko kematian mendadak, mengurangi risiko aritmia, menurunkan kadar trigliserida, menurunkan kecenderungan adhesi platelet, sebagai precursor prostaglandin, inhibisi sitokin, antiinflamasi dan stimulasi Nitric oxide (NO) endothelial. Makanan jenis ini sebaiknya dikonsumsi dua kali seminggu.
d.   Makanan yang kaya vitamin dan antioksidan (vitamin C,E, dan betakaroten) seperti yang banyak terdapat pada sayur-sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.

e Buah-buahan dan sayur-sayuran

·    Kabiasaan/membudaya diit kaya buah-buahan dan sayuran bervariasi minimal 5 porsi setiap hari
·    Sayuran hijau dan jeruk yang menurunkan risiko stroke

·    Sumber kalium yang merupakan predictor yang kuat untuk mencegah mortalitas akibat stroke, terutama buah pisang.
·    Apel  yang  mengandung  quercetin  dan  phytonutrient  dapat  menurunkan  risiko stroke.
f Teh hitam  dan teh hijau yang mengandung antioksidan.





3.   Anjuran lain tentang makanan:

a Menambah  asupan  kalium  dan  mengurangi  asupan  antrium  (<6  gram/hari).

Bahan-bahan yang mengandung natrium seperti monosodium glutamate dan sodium  nitrat,  sebaiknya  dikurangi.  Makanan  sebaiknyharus  segar.  Pada penderita hipertensi, asupan natrium yang dianjurkan ≤2,3 gram/hari dan asupan kalium ≥4,7 gram/hari.
b.   Meminimalkan makanan tinggi lemak jenuh dan mengurangi asupan trans fatty acid seperti kue-kue, crackers, telur, makanan yang digoreng, dan mentega.
c Mengutamakan    makanan    yang    mengandung    polyunsaturated    fatty    acid, monounsaturated fatty acid, makanan berserat dan protein nabati.
d.   Nutrient harus diperoleh dari makanan bukan suplemen.

e Jangan makan berlebihan dan perhatikan menu makanan seimbang f Makanan sebaiknya bervariasi dna tidak tunggal.
g Hindari makanan dengan densitas kalori tinggi dan kualitas nutrisi rendah


h.   Sumber lemak sebaiknya berasal dari sayuran, ikan bauh polong dan kacang- kacangan
i.    Utamakan makanan yang mengandung polisakarida seperti roti, nasi, pasta, sereal dan kentang. Hindari makanan yang mengandung gula (monosakarida dan disakarida)

B.  Penanganan Stress dan Beristirahat yang Cukup

1.   Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari

2.   Mengendalikan  stress  dengan  cara  berpikir  positif  sesuai  dengan  jiwa  sehat menurut  WHO,  menyelesaikan pekerjaan  satu  demi  satu,  bersikaramah dan mendekatkan diri pada Tuhan yang maha esa dan mensyukuri hidup yang ada. Stress kronis dapat meningkatkan tekanan darah. Penanganan stress menghasilkan respon relaksasi yang menurunkan denyut jantung dan tekanan darah.

C.  Pemeriksaan Kesehatan Secara Teratur dan Taat Anjuran Dokter dalam Hal

Diet dan Obat

1.   Faktor-faktor resiko seperti penyakit jantung, hipertensi, dislipidemia, diabetes mellitus (DM) harus dipantau secara teratur.
2.   Factor-faktor resiko ini dapat dikoreksi dengan pengobatan teratur, diet dan gaya hidup sehat
3.   Pengendalian hipertensi dilakukan dengan  target tekanan darah ,140/90 mmHg.

Jika menderita diabetes mellitus atau penyakit ginjal kronis, target tekanan darah

,130/80 mmHg.

4.   Pengendalian kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus dengan target

HbA1C <7%.

5.   Pengendalian kadar kolesterol pada penderita dislipidemia dengan diet dan obat penurun lemak. Target kadar kolesterol LDL <100 mg/Dl penderita yang bersiko tinggi stroke sebaiknya target kolesterol LDL sebaiknya <70 mg/Dl.
6.   Terdapat bukti-bukti tentang factor resiko yang bersifat infeksi/inflamasi misalnya infeksi gigi. Kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diperhatikan secara teratur.


D.  Beberapa Rekomendasi
1.   Penilaian Faktor Resiko Serangan Stroke Pertama

Setiap penderita perlu dilakukan penilaian resiko terjadinya stroke di kemudian hari  (AHA/ASA, Class  1,  Level  of  evidence  A).  risk  assessment  tool  seperti Framingham    Stroke    Profile    (FSP)    dapat    digunakan    untuk    membantu mengidentifikasi individu yang mungkin mendapat manfaat mendapat intervensi terapi  berdasarkan  factor  resiko  yang  ada  (AHA/ASA,  Class  IIa,  Level  of evidence B)

2.   Penyebab stroke secara genetik


Anamnesis riwayat keluarga dapat bermanfaat untuk skrinning seseorang mempunyai factor resiko stroke genetic (AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence A).rujukan untuk konseling genetic dapat dipertimbangkan pada pasien stroke yang disebabkan oleh factor genetic (AHA/ASA, Class IIb, Level of evidence C)

3.   Penyakit kardiovaskular

resiko terkena stroke serangan pertama meningkat pada orang dengan penyakit vascular aterosklerotik non serebrovaskular (penyakit jantung koroner, gagal jantung, atau klaudikasio intermiten). Terapi yang digunakan untuk penatalaksanaan kondisi tersebut misalnya antiagregasi platelet seperti yang direkomendasikan pada bagian lain pada panduan ini, dapat menurunkan resiko stroke.


4.   Hipertensi

a.   Panduan The Joint National Committee Seventh (JNC 7) merekomendasikan skrining tekanan darah secara teratur dan penanganan yang sesuai, termasuk modifikasi gaya hidup dan terapi farmakologik
b.   Tekanan  darah  sistolik  harus  dikelola  mencapai  target  <140  mmhg  dan tekanan darah diastolic <90 mmhg. Penderita dengan hipertensi dan diabetes atau   penyakit   ginja memiliki   sasara tekana dara 130/80   mmhg (AHA/ASA, Class 1, Level of evidence A). hal ini berhubungan dengan resiko yang rendah terjadinya stroke dan kejadian kardiovaskular (AHA/ASA, Class
1, Level of evidence A)

c.   ESO menyebutkan bahwa tekanan darah tinggi harus dikelola dengan pola hidup dan terapi farmakologi secara individual (ESO, Class 1, Level of evidence A)

5.   Merokok

a.   Merokok tidak direkomendasikan. Perokok aktif disarankan untuk berhenti merokok karena studi epidemiologi menunjukkan hubungan yang konsisten antara merokok dengan stroke iskemik maupun perdarahan subarachnoid(AHA/ASA, Class 1, Level of evidence B)


b.   Walaupun  belum  cukup  bukti  bahwa  menghindari  lingkungan  asap  rokok dapat mengurangi insidensi stroke, tetapi data epidemiologi menunjukkan peningkatan  resiko  stroke  kepada  mereka  yang  terpapar  asap  rokok  dan menfaat menghindari asap rokok pada resiko kardiovaskular lain. Oleh karena itu, anjuran untuk menghindari paparan dengan lingkungan asap rokok untk beralasan (AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence C)
c.   Berbagai cara seperti konseling, penggunaan pengganti nikotin, pemakaian obat-obat oral untuk berhenti merokok, dapat dipakai sebagai strategi penghentia merokok   secara   keseluruhan.   Status   rokok   perlu   selalu dibicarakan  dan  didiskusikan  disetiap  pertemuan  dengan  penderita (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B)
Keterangan :

·    Merokok  menyebabkan  peninggian  koagulabilitas,  viskositas  darah, meninggika kadar fibrinogen, mendorong agregasi platelet, meninggikan tekanan darah, meningkatkan hematokrit, menurunkan kolesterol hdl dan mwningkatkan kolesterol hdl.
·    Berhenti merokok juga memperbaiki fungsi endotel

·    Perokok pasif, resiko sama dengan perokok aktif

6.   Diabetes

a Penderita diabetes direkomendasikan untuk mengontrol hipertensi secara ketat (rekomendasi  JNC  7  adalah 130/80  mmhg untuk  pasien  diabetes) sebagai bagian dari program pengurangan dari resiko yang menyeluruh (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A)
b.   Pemakaian  ACEI  atau   ARB  pada  penderita   diabetes   deawasa  dengan hipertensi terbukti bermanfaat (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A)

c.  Pada  penderita  diabetes  dewasa,  khususnya  mereka  yang  memilliki  faktor risiko tambahan, pemberian statin direkomendasikan untuk menurunkan risiko terkena stroke serangan pertama (AHA/ASA , Class I, level of evidence A).

d. Gula darah harus diperiksa secara teratur. Gula darah direkomendasikan agar dikelola   denga modifikasi   pola   hidup   dan   terapi   farmakolog secara individual. (ESO, ClassIV, Level pf evidence C)

7.  Fibrilasi atrium (Atrial fibrilation, AF)


a. skrining aktiadanya AF pada penderita >65 tahun di unit perawatan primer


dengan memeriksa nadi diikuti EKG terbukti bermanfaat (AHA/ASA,Class IIa, Level of evidence B)

b.    Adjusted-dose Warfarin (target INR 2,0-3,0) direkomendasikan pada semua penderita dengan non-valvular atial fibrillation yang dinilai berisiko tinggi dan beberapa penderit yang dinilai berisiko sedang selama pmberian obat ini aman. (AHA/ASA, Class  I, Level of evience A).
c.    Aspirin  direkomendasikan  untuk  penderita  AF  risiko  rendh  dan  beberapa penderita risiko sedang dengan pertimbangan dengan berdasarkan pilihan penderita, risiko kemungkinan terjadinya prdarahan, serta tersedianya fasilitas pemantauan antikoagulan yang baik (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A).
d.    Penanganan tekanan darah secara agresif bersamaa pemberian antitrombotik pofilaksis pda penderita AF usia lanjut bermanfaat   (AHA/ASA, Class Iia, Level of evidence B)
e.    Penderita AF yang tidak dapat menerima antikoagulan oral dapat diberikan aspirin (ESO, Class I, Level of evidence A)
f.    Penderita  AF  yang  menggunakan  katup  jantung  prostetik  perlu  mendpat antikoagulan jangka panjang dengan target INR berdasarkan tipe katup prostetiknya, tetapi tidak kurang dari INR 2,0-3,0 (ESO, Class II, Levelof evidence B)

8.Penyakit jantung lain

Pemberian warfarin cukup beralasan pada penderita pascainfark miokard dengan elevasi segmen ST (ST elevation Miocardial Infarct, STEMI) dengan trombus mural  ventrikel  kiri  untuk  mencegaterjadinya  stroke (AHA/ASA,  Class  IIa, Level of evidence  A)

9. Dislipidemia

a. penderita penyakit jantung koroner atau penderita dengan risiko tinggi seperti penderita diabetes dianjurkan mendapat tambahan terapi pemberian statin, disamping modifikasi gaya hidup, untuk mencapai kadar kolesterol LDL sesuai pedoman  The  National  Cholesterol  Education  Program  (NCEP)  (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A).


b. kolesterol darah harus diperiksa secara teratur. Penerita dengan kolesterol darah tinggi (LDL>150 mg/dl)sebaknya dikelola dengan modifikasi pola hidup dan pemberian statin (ESO, Class I, Level of evidence A)


10. Asymptomatic Carotid Stenosis

a. Skrining pada penderita stenosis arteri karotis asimptomatik direkomendasikan uutuk   mencari faktor risiko lain dari stroke yang masih dapat diterapi dengan modifikasi gaya hidup dan terapi medis yang sesuai (AHA/ASA , Class I, level of evidence C).

b. Pemilihan penderita asimptomatik untuk dilakukan revaskularisasi karotis harus melihat kondisi komorbid, harapan hidupnya, dan juga faktor-faktor individual lain termasuk hasil diskusi tentang manfaat dan risiko dari prosedur yang akan dijalankan. Dokter juga harus menghargai pilihan penderita (AHA/ASA , Class I, level of evidence C).

c. Sepanjang tidak ada kontraindikasi, penggunaan aspirin direkomendasikan pada

Carotid Endarterectomy (CEA) (AHA/ASA , Class I, level of evidence C).


d. CEA profilaksis dapat dilakukan pada penderita stenosis arteri karotis asimptomatik dengan seleksi  ketat (minimum 60% dengan angiografi, 70% dengan Doppler ultrasound) (AHA/ASA , Class II, level of evidence A).

e. stenting arteri karotis profilaksis pada penderita asymptomatik carotid stenosis dipertimbangkan dengan  seleksi ketat (≥60% dari angiografi, ≥70% pada USG doppler atau >80% pada computed tomografi angiografi (CTA) atau magnetik resonance angiografi (MRA) bila stenosis pada USG antara 59-69%). Keuntungan dari revaskularisasi dibandingkan dengan terapi obat saja tidak jelas (ASA/AHA, Class II b, Level of evidence B)

f. manfaat Carotid Artery Angioplast (CAS) sebagai pengganti CEA pada penderita asimptomatik dengan risiko tinggi untuk pembedahan tidak jelas ( AHA/ASA, Class IIb, Level of evidence C)


g. Skrining di populasi untuk mengetahui stenosis arteri   karotis asimptomatik tidak direkomendasikan  (AHA/ASA, Class III, Level of evidence B)


11. Sickle Cell Disease (SCD)

a. anak-anak penderita SCD direkomendasikan untuk menjalani   skrining dengan Transcranial  Doppler (TCD) mulai usia 2 tahun  (AHA/ASA, Class 1, Level of evidence B).

b.    meskipun  interval  skrining  yang  optimal  belum  dapat  dipasstikan,  tetapi  cukup beralasan untuk melakukan skrining ulang lebih sering pada anak-anak yang berusia lebih dini dan mereka yang memiliki kecepatan aliran darah berdsarkan TCD borderline abnormal dengan tujuan mendeteksi perkembangan riiko tinggi intervensi berdasarkan indikasi TCD (AHA/ASA, Class Iia, Level of evidence B).

c. terapi transfusi (dengan target penurunan HbS dari >90 % menjadi <30%) bermanfaat untuk menurunkan  risiko stroke yang meningkat (AHA/ASA , Class I, level of evidence B).

d. sambil menunggu hasil penelitian lebih lanjut tranfusi dibenarkan untuk dteruskan meskipun hasil pemeriksaan TCD sudah menjadi normal (AHA/ASA , Class IIa, level of evidence B).

e.   Pemilihan   pasien   anak-ana untuk   pencegahan   primer   stroke   denga tranfusi berdasarkan kriteria MRI dan MRA masih belum mantap dan pemeriksaan tersebut tidak dapat menggantikan fungsi TCD (AHA/ASA , Class III, level of evidence B).

f. orang dewasa dengan SCD harus dievaluasi untuk mencari faktor-faktor risiko stroke dan harus dikelola sesuai dengan panduan umum (AHA/ASA , Class I, level of evidence A).

12. Terapi sulih hormon


a. terapi sulih hormon (estrogen dengan atau tanpa progestin) tidak dibenarkan sebagai pencegahan stroke primer pada penderita pascamenopause (AHA/ASA , Class III, level of evidence A).

b. ESO juga menyebutkan bahwa terapi sulih hormon tidak direkomendasikan (ESO, Class I,  level of evidence A).


13. Kontrasepsi oral


a. Kontrasepsi oral dapat berbahaya pada penderita dengan fakto risiko tambahan seperti merokok dan riwayat kejadian tromboemboli (AHA/ASA, Class III, level of evidence C).

b. Mereka yang tetap memilih menggunakan kontrasepsi oral meskipun menambah risiko, perlu dilakukan terapi agresif terhadap faktor risiko stroke yang sudah ada (AHA/ASA, Class IIb, level of evidence C).

Keterangan:


Pemakaian kontrasepsi oral terutama pada wanita perokok atau disertai dengan faktor risiko lain atau pernah mengalami kejadian tromboemboli sebelumnya, mempunyai resiko tinggi mendapat serangan stroke. Oleh karena itu, pemakaian kontrasepsi oral sebaiknya dihentikan dan mencari alternatif lain untuk KB (Keluarga Berencana).


14. Diet dan Nutrisi

aPenurunan  masukan  natrium  dan  peningkatan  masukan  kalium  direkomendasikan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (AHA/ASA, Class I, level of evidence A).

b. Metode Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH) yang menekankan pada konsumsi buah, sayur, dan produk susu rendah lemak dapat menurunkan tekanan darah serta merupakan diit yang direkomendasikan (AHA/ASA , Class 1, level of evidence A)

15. Aktivitas fisik


a. peningkatan aktivitas fisik direkomendsikan karena berhubungan dengan penurunan risiko stroke (AHA/ASA, Class 1, level of evidence B).

b. pada orang dewasa, direkomenasikan untuk melakukan aktifitas fisik aerobik minimal selama 150 menit (2 jam 30 menit) setiap minggu dengan intensitas sedang, atau 75 menit ( jam 15 menit) setiap minggu dengan intensitas berat (AHA/ASA 1, Class 1, level of evidence B).

Keterangan:


·    Melakukan  aktivitas  fisik  yang  mempunyai  nilai  aerobik  (jalan  cepat,  bersepeda, berenang, dll) secara teratur akan dapat menurunkan tekanan darah, memperbaiki


kontrol  diabetes,  memperbaiki  kebiasaan  makan,  menurunkan  berat  badan  dan meningktkan kadar kolesterol HDL.


·    Efek   biologis:   penurunan   aktivitas   platelet,   reduksi      fibrinoge plasma,   dan meningkatnya aktifitas tissue plasminogen activator.
·    Pola makan  sehadan    olahraga teratur  adalah  pengobatan utama bagi  penderita obesitas dan mencegah stroke.


16. obesitas dan lemak tubuh


a.  Pada  individu  overweight  dan  obesitas,  penurunan  BB  (berat  badan) direkomendasikan  untuk  menurunkan  tekanadarah    (AHA/ASA, Class  I,  Level  of evidence A).

b. Pada individu overweight dan obesitas, penurunan BB dipandang dipandang cukup beralasan dapat menurunkan resiko stroke (AHA/ASA, Class Iia, level of evidence B)

keterangan


·     Obesitas  memudahkan  terjadinya  penyakit  jantung,  stroke  dan  DM.  Angka obesitas pada anak-anak dan dewasa muda pada dekade terakhir ini menglami peningkatan. Dengan demikian, angka kejadian stroke dan penyakit jantung pada usia muda meningkat. Obesitas dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan sehat dan melakukan olahraga teratur.
·     Penurunan  berat  badan  sebaiknya  dilakukan  dengan  target  body  mass  index (BMI) <25 kg/m2, garis lingkar pinggang <80 cm untuk wanita dan <90 cm untuk laki-laki.

17.  Konsumsi Alkohol

Metode   skrining   da konseling   direkomendasikan   untuk   penguranga atau penghentian konsumsi alkohol diantara peminum berat, sesuai dengan the US Preventife Services Task Force Update 2004 (AHA/ASA, Class 1, level of evidence A).


18. Penyalahgunaan Obat (Drug Abuse)

Pendeita dengan masalah penggunaan obat perlu dipertimbankan dirujuk untuk program terapeutik yang tepat (AHA/ASA, Class II A, level of evidence C)
Keterangan


Penyalahgunaan obat seperti heroin, kokain, fenilpropanolamin, dan konsumsi alkohol (alcohol abuse) akan menyebabkan tekanan darah menigkat, menyebabkan terjadinya stroke hemoragik.


19. Sleep-Dissorder Breathing (SDB)

Mengingat  SDB  berhubungan  dengan  faktor  resiko  vaskuler  dan  morbiditas kardiovaskuler lain, evaluasi adanya SDB dengan anamnesis yang teliti dan bila perlu dengan tes khusus direkomendasikan untuk dilakukan, terutama pada individu dengan obesitas abdomen, hipertensi, penyakit jantung, atau hipertensi yang reisten terhadap obat (AHA/ASA, Class 1 level of evidence A)

20. Migren

Mengingat adanya hubungan frekuensi migren yang sering dengan risiko stroke pengobatan untuk mengurngi resiko migren cukup beralasan meskipun belum cukup data yang menunjukkan bahwa pendekatan ini akan menurunkan resiko terjadinya stroke pertama (AHA/ASA, Class IIB, level of evidence C).

21. Hiperosmosisteinemia

·    Pemberian vitamin B komplek, piridoksin (B6), kobalamin (B12), dan asam folat dapat dipertimbangkan untuk pencegahan stroke iskemik pada penderita hiperosmosisteinemia, tetapi manfaatnya belum jelas (AHA/ASA, Class IIB, level of evidence B).
·    Asupan folat harian (400µg/hr), B6 (1,7 mg/hr) dan B12 (2,4 µg/hr) melalui konsumsi buah, sayur, kacang polong, daging, ikan, padi an sereal untuk individu yang tidak hamil dan menyusui mungkin bergna dalam menurunkan resiko stroke (AHA/ASA, Class Iib, level of evidence C)

22. Peningkatan Lipoprotein 

Pemberian niacin cukup beralasan untuk pecegahan stroke iskemik pada penderita dengan Lp (a) yang tinggi, tetapi manfaatnya belum jelas (AHA/ASA, Class Iib, Leve of evidence B)

23.  Hiperkoagulabilitas

a Manfaat skrining genetik untuk mendeteksi


b.   Manfaat terapi spesifik untuk pencegahan stroke primer pada penderita trombofilia


heriditer atau yang didapat asimptomatik belum jelas (AHA/ASA, Class IIb, Level of evidence C).
c.   Aspirin dosis rendah (81 mg/hari) tidak diindikasikan untuk pencegahan primer stroke pada seorang dengan antiphospholipid antibodies (APL) positif persisten (AHA/ASA, Class III, Level of evidence B).

24. Inflamasi dan Infeksi

a.   Penanda inflamasi seperti hsCRP atau Lp-PLA2 pada penderita tanpa CVD mungkin dapat mengidentifikasi penderita dengan peningkatan risiko stroke, meskipun manfaatnya dalam praktek klinis rutin belum jelas (AHA/ASA, Class l I b , Level of evidence B).
b.   Penderita  dengan  penyakit  inflamasi  kronik,  seperti  Rheumatoid Arthritis (RA)  atau Systemic  Lupus Erythematosus (SLE), perlu diwaspadai mempunyai  r i s i k o  s t r o k e y a n g m e n i n g k a t ( A H A / A S A , C l a s s I , L e v e l of evidence B).
c.   Pengobatan dengan antibiotic untuk infeksi kronis sebagai cara untuk pencegahan stroke, tidak direkomendasikan (AHA/ASA, Class III, Level of evidence A).
d.   Penelitian  pasien  dengan  peningkatan  hsCRP  dengan  p e m b e r i a n  s t a t i n  d a p a t m e n u r u n k a n r i s i k o stroke (AHA/ ASA, Class II, Level of evidence B).
e.   Vaksinasi influenza setahun sekali dapat bermanfaat pada penderita dengan risiko stroke (AHA/ASA, Class I I a , L e v e l o f e v i d e n c e B ) .

25.  Aspirin

·    Pemakaian aspirin untuk pencegahan kejadian k a r d i o v a s k u l e r , t e r m a s u k s t r o k e , direkomendasikan pada seseorang dengan risiko cukup tinggi dibanding dengan risiko pengobatan, dengan nilai risiko kejadian dalam 10 tahun ke depan sebesar 6% sampai
10% (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A).

·    Aspirin (81 mg sehari atau 100 mg setiap 2 hari sekali) bermanfaat untuk mencegah stroke pertama pada wanita dengan faktor risiko yang cukup tinggi dibanding dengan risko pengobatan (AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence B).
·    Aspirin tidak bermanfaat untuk mencegah stroke pertama pada individu dengan risiko rendah (AHA/ASA, Class III, Level of evidence A).
·    Antiplatelet selain aspirin tidak direkomendasikan untuk pencegahan primer stroke

(ESO, Class IV, GCP).



sumber : Guideline Stroke Perdossi 2011

PENCEGAHAN PRIMER PADA STROK Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 comments:

Post a Comment