Pendahuluan
Otak merupakan
jaringan tubuh yang mempunyai tingkat metabolisme tinggi, hanya dengan berat
kurang lebih 2% dari berat badan memerlukan 15% kardiak output, menyita 20%
oksigen yang beredar di tubuh, serta membutuhkan 25% dari seluruh glukosa dalam
tubuh. Pada keadaan emergensi dan kritis akan terjadi peningkatan kebutuhan
akan bahan-bahan metabolisme tersebut. Dengan demikian apabila suplai dari
bahan-bahan untuk metabolisme otak terganggu tentunya akan menyebabkan
terjadinya kerusakan jaringan otak yang dapat
berakibat kematian dan kerusakan permanen (kecacatan).
Dua hal yang
berperan dalam menjaga metabolisme otak berjalan normal adalah kecukupan
oksigen dan kecukupan sumber energi yaitu glukosa. Oleh karena otak tidak dapat menyimpan
cadangan energi maka metabolisme otak tergantung pada aliran darah yang optimal
(CBF). Dalam keadaan emergensi dan kritis akan terjadi kegagalan sistem
autoregulasi pembuluh darah serebral.
Karena aliran darah ke otak (CBF) adalah hasil pembagian tekanan perfusi
ke otak (CPP) dengan tahanan pembuluh darah serebral (CVR), maka pada kegagalan
sistem autoregulasi CBF sangat tergantung pada CPP.
Pada keadaan
normal CBF adalah 50 cc/100 gr jaringan otak/menit. Pada keadaan sehat
(mekanisme autoregulasi utuh), CBF 50 cc/100 gr jaringan otak/menit tersebut
dapat dipenuhi dengan rentang CPP antara 40 – 140 mmHg. Kerusakan jaringan otak irreversibel akan
terjadi apabila CBF < 18 cc/100 gr jaringan otak/menit. Pada keadaan emergensi neurologi seperti
infeksi akan terjadi peninggian tekanan intrakranial (TIK) akibat edema otak. Oleh karena CPP merupakan selisih antara MAP
dengan TIK maka adalah sangat penting menjaga tekanan darah optimal dan
mengendalikan (menurunkan) TIK. Pada
makalah ini akan difokuskan dalam mengendalikan (manajemen) peninggian TIK.
Gejala peninggian TIK
- Sakit kepala, akibat kompresi saraf kranialis, arteri dan vena, biasanya memburuk pada pagi hari dan diperberat oleh aktivitas.
- Muntah yang tidak didahului mual dan mungkin projektil
- Perubahan tingkat kesadaran
- Paling sensitif dan indikator penting, tahap awal mungkin tidak spesifik seperti gelisah, iritabilitas, letargi.
- Perubahan tanda-tanda vital. Cushing’s triad: peninggian tekanan darah sistolik, bradikardi (muncul belakangan), pola nafas iregular (late sign); peningkatan suhu; ocular signs seperti pelebaran pupil akibat tekanan pada N III dan refleks pupil melambat dan anisokor.
- Penurunan fungsi motorik: hemiparesis atau hemiplegia; dekortikasi – gangguan pada traktus motorik; deserebrasi – kerusakan berat pada mesensefalon dan batang otak
Manajemen peninggian TIK
Tatalaksana umum.
Beberapa hal yang berperan besar dalam menjaga agar
TIK tidak meninggi antara lain:
- Mengatur posisi kepala lebih tinggi 15 – 300, dengan tujuan memperbaiki venous return.
- Mengusahakan tekanan darah yang optimal.
- Tekanan darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan edema serebral, sebaliknya tekanan darah terlalu rendah akan mengakibatkan iskemia otak dan akhirnya juga akan menyebabkan edema dan peninggian TIK.
- Mengatasi kejang.
- Menghilangkan rasa cemas.
- Mengatasi rasa nyeri.
- Menjaga suhu tubuh normal < 37,50 C.
- Kejang, gelisah, nyeri dan demam akan menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan akan substrat metabolism. Di satu sisi terjadi peningkatan metabolisme serebral, dipihak lain suplai oksigen dan glukosa berkurang, sehingga akan terjadi kerusakan jaringan otak dan edema. Hal ini pada akhirnya akan mengakibatkan peninggian TIK.
- Koreksi kelainan metabolik dan elektrolit.
- Hiponatremia akan menyebabkan penurunan osmolalitas plasma sehingga akan terjadi edema sitotoksik, sedangkan hipernatremia akan menyebabkan lisisnya sel-sel neuron.
- Atasi hipoksia.
- Kekurangan oksigen akan menyebabkan terjadinya metabolisme anarob, sehingga akan terjadi metabolisme tidak lengkap yang akan menghasilkan asam laktat sebagai sisa metabolisme. Peninggian asam laktat di otak akan menyebabkan terjadinya asidosis laktat, selanjutnya akan terjadi edema otak dan peninggian TIK.
- Hindari beberapa hal yang menyebabkan peninggian tekanan abdominal seperti batuk, mengedan dan penyedotan lendir pernafasan berlebihan.
Tatalaksana Khusus
1. Mengurangi efek masa.
Pada
kasus tertentu seperti hematoma epidural, subdural, maupun perdarahan
intraserebral spontan maupun traumatika serta tumor maupun abses tentunya akan
menyebabkan peninggian TIK dengan segala konsekuensinya. Sebagian dari keadaan
tersebut memerlukan tindakan pembedahan untuk mengurangi efek masa,
2. Mengurangi volume Cairan Serebrospinal (CSS).
Mengurangi
CSS biasanya dilakukan apabila didapatkan hidrosefalus yang menjadi penyebaba
peninggian TIK seperti halnya pada infeksi kriptokokkus. Ada 3 cara yang dapat dilakukan dalam hal ini
yaitu: memasang kateter intraventrikel, lumbal punksi atau memasang kateter
lumbal. Pemilihan metode yang dipakai
tergantung dari penyebab hidrosefalus atau ada/tidaknya masa intrakranial.
Pengaliran
CSS dengan kateter lumbal dapat dikerjakan apabila diyakini pada pemeriksaan
imaging tidak didapatkan massa intrakranial atau hidrosefalus obstruktif. Biasanya dipakai kateter silastik 16 G pada
intradural daerah lumbal. Dengan kateter
ini disamping dapat mengeluarkan CSS, dapat juga dipakai untuk mengukur TIK.
Keuntungan lain adalah teknik yang tidak terlalu sulit dan perawatan
dapat dilakukan di luar ICU.
3. Mengurangi volume darah intravaskular.
Hiperventilasi
akan menyebabkan alkalosis respiratori akut, dan perubahan pH sekitar pembuluh
darah ini akan menyebabkan vasokonstriksi dan tentunya akan mengurangi CBV
sehingga akan menurunkan TIK.
Efek
hiperventilasi akan terjadi sangat cepat dalam beberapa menit. Tindakan
hiperventilasi merupakan tindakan yang paling efektif dalam menangani krisis
peninggian TIK namun akan menyebabkan iskemik serebral. Sehingga hal ini hanya dilakukan dalam keadaan emergensi saja
dan dalam jangka pendek.
Hemodilusi
dan anemia mempunyai efek menguntungkan terhadap CBF dan deliveri oksigenasi
serebral. Hematokrit sekitar 30% (visikositas darah yang rendah) akan lebih
berefek terhadap diameter vaskuler dibanding terhadap kapasitas oksigen (CaO),
sehingga akan terjadi vasokonstriksi dan akan mengurangi CBV dan TIK. Namun bila hematokrit turun dibawah 30% akan
berakibat menurunnya kapasitas oksigen.
Hal ini akan mengakibatkan vasodilatasi sehingga TIK akan meninggi. Dengan demikian strategi yang sangat penting
dalam menjaga TIK adalah mencegah hematokrit
jangan sampai turun sampai dibawah 30%.
Manitol
atau cairan osmotik lain juga mempunyai efek vasokonstriksi pembuluh darah
piamater dan arteri basilar, sehingga akan mengurangi CBF.
Pemakaian
barbiturat atau obat anestesi akan menekan metabolisme otak, dan menurunkan
Cerebral Metabolism Rate of Oxygen (CMRO2). Penurunan CMRO2 akan menurunkan
CBF, dan akhirnya mengurangi CBV dan TIK.
Pemberian barbiturat sendiri telah terbukti akan menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah serebral
4. Mengurangi edema dan volume cairan interstisial.
Manitol akan mengurangi cairan
otak dengan cepat, dan manitol akan diekskresikan melewati ginjal dengan cepat
pula. Satu hal yang perlu diperhatikan
adalah efek diuresis dari manitol sehingga dapat berakibat dehidrasi. Kekurangan cairan intravaskular tentunya akan menyebabkan penurunan tekanan
darah, dan akan terjadi vasodilatasi sebagai mekanisme autoregulasi dan akibat
lanjutnya adalah kenaikan CBV dan TIK.
Pemberian manitol jangan melebihi 3 hari dan hindari drip kontinyu.
Tidak ada hubungan besarnya dosis dengan efek yang diharapkan. Selain dari manitol, dapat juga dipakai cairan salin
hipertonis.
Glukokortikoid
seperti deksametason dapat digunakan untuk menangani edema serebri vasogenik.
Obat ini efektif dalam menanggulangi edema yang menyertai tumor, meningitis dan
lesi otak lain. Dosis awal yang biasa digunakan adalah 10 mg Dexamethason i.v
diikuti 4 mg tiap 6 jam.
Kesimpulan
Peninggian TIK merupakan keadaan emergensi yang mengancam
nyawa sehingga harus segera ditangani.
Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam penatalaksaan peninggian
TIK yaitu tindakan umum (mengusahakan keadaan fisologis) dan tindakan khusus
seperti evakuasi massa termasuk hematoma, mengurangi CSS (drainase CSS),
menurunkan volume darah intravaskular (“hiperventilasi”, hemodilusi,
hipotermia, terapi barbiturat) dan mengurangi cairan interstisial/edema dengan
cairan hipertonis serta pemakaian glukokortikoid.
Daftar
Pustaka
- Ropper A.(ed). Neurological and Neurosurgical Critical Care, 3rd ed. New York, Raven Press, 1993:11-52.
- Marino PL. The ICU Book, Philadelphia, Lea and Febiger, 1991: 190-201.
- Goldschlager NF, Hemodynamic monitoring. In Critical Care Medicine, Luce JM and Pierson DJ (eds), Philadelphia, WB Saunders, 1988: 104 -114.
- Dunn LT. Raised intracranial pressure. J Neurol Neurosurg Psychiatry 2002;73:23-27.
- Williams MA. Intracranial Pressure Monitoring and Management for Neurologists. AAN, 1998.
- Strand T. Evaluation of Long-term Outcome and Safety after Hemodilution therapy in Acute Ischemic Stroke. Stroke, 1992; 23: 657 – 662.
- The Hemodilution in Stroke Study Group. Hypervolemic Hemodilution Treatment of Acute Stroke: Results of Randomized Multicenter Trial Using Pentastarch. Stroke,1989; 20: 317 – 323.
- Hacke W, Stingele R, Steiner T, et al. Critical Care of Acute Ischemic Stroke. Intensive Care Med,1995;21:856 – 62.
- Schwab S, Schwarz, Sprange M, et al. Moderate hypothermia in the Treatment of Patients with Severe Middle Cerebral Artery Infarction. Stroke, 1998; 29:2461 – 2466.
- Manno E.M.. When to use hyperventilation, mannitol, or cortisosteroid to reduce increased intracranial pressure from cerberal edema. In Though call in acute neurology (Rabinstein AA, ed). Elsevier, Philadhelpia, 2004: 107-119.
0 comments:
Post a Comment